Mengenal Apriyani, Jerih Payah Itu….. (2-Habis)
![]() |
Apriyani saat di luar negeri menyempatkan nyantai (Foto: Istimewa) |
SATU hal yang menarik, saat tiba di camp latihan sekitar pukul 06.00 lewat, Apri tidak diperbolehkan ikut lagi karena terlambat.
Rupanya sesi latihan dimulai pada pukul 05.00 WIB dan berakhir pukul 06.30 WIB. Icuk pun menolak Apri untuk gabung pada hari itu. Lantaran sesi latihan sebentar lagi berakhir dan Icuk menyampaikan agar ikut sesi latihan besoknya
-------------
Oleh : Reko Suroko
------------
"Untuk menjaga asa agar tidak telat lagi, saya memutuskan untuk membawa Apri berangkat menuju camp latihan pada pukul 03.00 WIB dan akhirnya Apri bisa ikut sesi latihan sejak awal," kata Yuslan.
Tali Skiping Putus
Tragisnya, saat mengikuti sesi latihan tersebut, Apri yang membawa perlengkapan sendiri hal tidak terduga. Hal tersebut setelah tali skiping yang digunakan Apri putus.
"Agar Apri tidak ketinggalan satu sesi, saya berusaha mengambil skiping buat Apri dari dalam mobil karena kebetulan saya membawa skiping," ujar Yuslan.
Setelah pemanasan dan lari-lari keliling GOR dan skiping, Apri diminta untuk bermain melawan putri bungsu Icuk, Jauza Fadhila Sugiarto, remaja yang lebih muda setahun di bawah Apri.
Saat bermain, Apri kalah dua set langsung. Apri hanya mampu memberikan perlawanan pada set pertama, memasuki set kedua fisik Apri drop sehingga tertinggal jauh.
Hasil ini membuat saya yang duduk di belakang lapangan tempat Apri dan Jauza bermain sempat pesimistis, jika Mas Icuk akan menerima Apri untuk berlatih. Saat itu saya sudah kepikiran untuk membawa Apri mencari klub lain."
"Tapi Mas Icuk menyampaikan bahwa Apri memiliki senjata mematikan, hanya saja kurang diasah, sehingga ia memberikan waktu tiga bulan masa percobaan kepada Apri untuk bergabung dan ikut berlatih," jelasnya.
"Mendengar itu, saya sangat senang dan langsung saya sampaikan kepada Apri, jika waktu trial nya hanya tiga bulan, apakah bakal lanjut atau pulang, Apri sendiri yang tentukan."
"Dengan penuh keyakinan dan percaya diri, Apri yakin jika dirinya ingin tetap lanjut," imbuh Yuslan yang kini menjabat Kepala Sub Bidang Pengembangan Bakat pada Asdep Pembibitan dan Iptek Olahraga pada Deputi IV Kemenpora ini.
Setelah tiga bulan berlalu, lanjut Yuslan, Icuk memberi kabar bahwa masa trial Apri diperpanjang tiga bulan lagi.
Hal ini cukup melegakan karena keinginan untuk mengantar Apri masuk klub bulu tangkis perlahan sudah mulai terwujud. Apalagi Icuk terus memperpanjang waktu buat Apri.
"Setelah berjalan sekitar dua tahun, saya sempat kaget setelah Mas Icuk menelepon dan meminta waktu untuk bertemu membicarakan Apri."
Dapat Kontrak
"Saat itu pikiran saya sempat campur aduk, tapi sedikit lega karena Mas Icuk mengajak ngobrol sambil makan siang. Dalam bayangan saat itu, kalau saja Apri membuat kesalahan dan harus dikeluarkan dari PB Pelita Bakri, tentunya tidak akan diajak makan," ungkapnya kepada Suara Merdeka.Com
Ternyata dugaan Yuslan saat itu tepat, sambil menunggu pesanan makan tiba di meja, Icuk menyampaikan, jika Apri sudah mendapat kontrak dari salah satu aparel terkemuka. Lalu Icuk meminta saran bagaimana sebaiknya uang kontrak Apri tersebut.
"Tanpa pikir panjang, Yuslan memastikan dirinya tetap pada opsi awal menyerahkan sepenuhnya Apri. Sehingga berapa pun hasil yang diperoleh biar diatur Mas Icuk, yang penting Apri bisa diantar berprestasi dan masuk Pelatnas PBSI Cipayung. Mas Icuk siap dan mengulurkan tangan untuk salaman sebagai tanda deal," kata Yuslan.
Icuk pun menepati janji dengan mengantarkan Apriyani masuk Pelatnas PBSI, hingga akhirnya gadis tomboi yang sempat hampir ditolak Icuk Sugiarto tersebut terus menujukkan prestasi dengan menorehkan tinta emas bersama Greysia Polii di pentas Olimpiade.
Dibalik Sukses Itu….
Siapa yang tak kenal Icuk Sugiarto. Ia merupakan salah satu legenda bulutangkis Indonesia yang acap mengharumkan nama bangsa di pentas dunia pada era 1980-an.
Setelah melewati segudang pengalaman dan prestasi, Icuk akhirnya memutuskan untuk gantung raket pada 1989. Tetapi sang Juara Dunia tahun 1983 ini seakan tak mau melupakan bidang yang telah membesarkan namanya.
Merasa memiliki tanggung jawab untuk memajukan dunia bulutangkis dalam negeri agar tak pernah kalah dengan negara lain, Icuk pun terus meluangkan waktu meski lebih dominan berada di balik layar.
Dari balik layar itulah, ada satu kisah yang menjadi kebanggaan tersendiri dari seorang Icuk. Terutama saat dia menyaksikan kejuaraan olahraga terbesar empat tahunan sejagat bertajuk Olimpiade Tokyo 2020.
Memang, tidak ada peran khusus, terutama sebagai tim teknis dalam peranan Icuk di Tokyo 2020. Namun, sebuah kebanggaan lahir dari lubuk hatinya, ketika salah satu anak didiknya sukses mempersembahkan emas bagi Indonesia.
Ya, pasangan putri bulutangkis Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu berhasil menggoreskan tinta sejarah dengan menyabet emas di nomor tersebut. Bahkan ini menjadi satu-satunya emas yang berhasil dibawa pulang kontingen Merah Putih.
Jerih Payah Itu Berbuah
Namun siapa sangka, ada jerih seorang Icuk dari kesuksesan tersebut. Apriyani Rahayu merupakan mantan anak didiknya. Pria yang kini mempunyai training camp bernama ISTC di Sukabumi itu bercerita singkat tentang sosok Apriyani.
Berasal dari Konawe, Sulawesi Tenggara, Apriyani yang berasal dari keluarga kurang mampu, coba mengadu nasib untuk mengasah potensinya dari pebulutangkis amatir menjadi profesional.
Ia pun bertolak ke Jakarta, ditemani dengan seseorang bernama Yuslan Kisra yang saat itu berstatus sebagai wartawan dan kini menjadi ASN di Kemenpora. Pada 2013, Yuslan-lah yang menitipkan Apriyani kepada Icuk.
"Sebenarnya kalau bukan karena bang Yuslan, tidak ada Apriyani saat ini. Makanya Alhamdulillah, karena orang yang berjasa ya bang Yuslan," kata Icuk saat berbincang dengan wartawan Indopost. Online lewat kanal Youtube Si Ipol
.Mulai Ditempa
Setelah itu, penempaan dimulai. Icuk tak segan untuk memberikan beragam porsi latihan terhadap Apriyani. Fisik, teknik maupun mental acap diberikan sang legenda guna mendongkrak potensi besar dari dalam diri Apriyani.
"Saya senang dari awal, apalagi dia sendiri dari keluarga kurang mampu. Makanya setiap berlatih selalu saya tekankan dengan didikan yang agak keras. Dan kebetulan dia tinggal di rumah saya, jadi gampang untuk diawasi," ucapnya.
Empat tahun dilalui, Apriyani dan Icuk pun berpisah. Namun, sang legenda tidak melepasnya begitu saja. Ia menitipkan Apriyani ke sebuah klub ternama agar potensi besarnya bisa terus terasah dengan baik.
"Dia bersama saya (di Pelita Bakrie -red) sampai 2017-an, baru saya lepas dan saya serahkan ke klub (PB Jaya Raya -red) agar karirnya tetap terjaga dan berkembang."
Alhasil, tempaan khusus yang diberikan Icuk berbuah manis tahun ini. Kendati demikian, ayah dari Tommy Sugiarto itu meminta kepada Apriyani agar tak jumawa meski telah meniti sukses menggenggam emas Olimpiade 2020.
Pesan tersebut acap dilontarkannya sejak pertama kali mendidik Apriyani. Apalagi perjalanan sang atlet di dunia perbulutangkisan masih cukup panjang, menyusul usianya yang masih muda, yakni 23 tahun.
"Saya mengimbau untuk mempertahankan prestasi yang sudah diraih. Jangan berubah. Harus lebih humble (rendah hati -red), supaya prestasinya bisa terjaga terus, bisa lebih baik dari sekarang."
"Yang penting jangan lupa diri. Karena diatas langit masih ada langit. Saya juga berpesan agar dia bisa menjadi inspirasi buat anak-anak muda yang lain, terutama dari luar pulau Jawa, bahwa tidak ada yang tidak bisa. Itulah yang selalu saya sampaikan sama dia sejak pemula."
"Sukses itu milik semua orang. Hanya orang-orang yang berani mencoba yang akan berhasil. Dan hari ini dia sudah membuktikan," pungkas Icuk mengakhiri perbincangan. ***
Komentar
Posting Komentar