Mengenal Apriyani, Sosok Berkarakter Kuat (1)

 

Pasangan Greysia Polii/Apriani Rahayu (Foto: BBC)

SETELAH mempersembahkan medali emas di Olimpiade Tokyo 2020, pasangan ganda putri Indonesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu terus jadi pembicaraan publik di Tanah Air. Selain masalah bonus yang berlimpah, perjalanan karier mereka juga jadi omongan.

Pasangan beda usia ini sukses membawa pulang medali emas setelah menundukkan wakil China, Jia Yifan/Chen Qingchen dengan 21-19, 21-15 di Musashino Forest Sports Plaza di Tokyo,  2 Agustus 2021.

Kini, keduanya sudah tiba di Tanah Air dan sedang menjalani karantina sesuai yang ditetapkan pemerintah.

----------------------

Oleh : Reko Suroko

----------------------

Sukses pasangan ganda putri terbaik Indonesia tersebut tak bisa lepas dari orang-orang yang pernah berjasa pada awal kariernya.

Sosok Apri

Banyak orang bertanya-tanya siapa Apriyani Rahayu dan dari keluarga mana dia berasal. Di benak banyak orang, Apri tentu seorang pemain yang berlatar belakang keluarga pegiat bulutangkis dengan keluarga orang berada.

Tapi Apriyani jauh dari segala kemewahan. Wanita kelahiran Konawe, Sulawesi Tenggara, 29 April 1998 ini sebenarnya bak sebutir mutiara yang terbenam dalam lumpur. Dia diangkat kepermukaan dan mulai diasah agar terlihat mengkilat.

Adalah Yuslan Kisra yang menemukan bakat terpendam Apriyani. Dia membawa Apri ke Jakarta dari Konawe, dan menyerahkannya kepada Icuk Sugiarto di klub PB Pelita Bakrie. “Apri mulai tes awal pada 7 Oktober 2011,” kata Icuk.

Sebagai anak desa, Yuslan menitipkan Apri kepada Icuk Sugiarto – Juara Dunia 1983 - untuk dibina dengan baik. Tak ada kontrak apa-apa, tak ada perjanjian tertulis. Pernyerahan Apri hanya bermodalkan kepercayaan antara wartawan dan narasumber yang sudah terjalin baik selama ini.

Kebetulan, Apri satu generasi dengan putri ketiga Icuk Sugiarto, Jauza Fadhila Sugiarto yang sering tampil di kelompok remaja. Usia mereka terpaut satu tahun. Beberapa bulan kemudian ada Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) 2013 DKI Jakarta, yang menjadi tuan rumah adalah Jakarta Barat.

Meski baru dalam hitungan bulan berlatih, tetapi Apri sudah memperlihatkan penampilan menjanjikan. Mereka merebut medali emas ganda campuran, dan di partai tunggal keduanya bertemu di final yang dimenangkan oleh Jauza.

Keberadaan Apri sebagai pemain yang ‘dititipkan’ Yuslan kepada Icuk, seluruh kebutuhannya ditanggung oleh klub Pelita Bakrie. Mulai dari tempat penginapan hingga kebutuhan latihan, makan, dan lain sebagainya gratis semua.

“Beruntung saat itu saya sebagai Ketua Klub Pelita Bakrie dibantu KONI Provinsi DKI Jakarta dalam pembinaan atlet usia muda. Pada kepengurusan KONI DKI Jakarta periode 2013 – 2017 saat itu, ada Eddy Widodo sebagai Ketua Harian dan Dr Hidayat Humaid sebagai Ketua Bidang Pembinaan Prestasi KONI DKI yang memberi support,” jelas Icuk Sugiarto 

Berkarakter Kuat


Apriyani sosok berkarakter kuat (Foto: Womantalk)

Menurut Icuk, Apri adalah pemain yang memiliki karakter kuat. Semangatnya tinggi dan kemauannya untuk maju sangat keras. Itu sebabnya, ketika kepemimpinannya sebagai Ketua Pengprov PBSI DKI Jakarta ‘dikudeta’ Alex Tirta pada 2014, Icuk menyerahkan Apriyani dan Jauza ke klub Jaya Raya untuk dibina lebih lanjut.

Di klub Jaya Raya Apri terus tumbuh, dan meraih berbagai gelar junior bersama Jauza, termasuk pada kejuaraan dunia junior. Sampai akhirnya keduanya ditarik ke Pelatnas PBSI Cipayung.

 Di Cipayung tentu saja sang pelatih tidak terpaku pada pasangan tertentu. Banyak atlet dicoba dengan berbagai pasangan. Pada saat pasangan Greysia Polii, Nitya Krishinda Maheswari cedera, Apri coba dipasangkan dengan Greysia sebagai pemain pengganti. 

Menurut Icuk, Apri  adalah sosok atlet yang tidak melupakan asal, dari mana  dia berangkat meniti karier sebagai pemain bulutangkis. Hingga kini Apri tetap berkomunikasi dengan keluarganya, dan kadang-kadang datang ke rumah Icuk di Cengkareng.

“Bagi kami Apri sudah seperti keluarga. Kartu Tanda Penduduk (KTP)-nya saja masih memakai Kartu Keluarga anak saya nomor satu, Nastassia Octaviani yang bekerja di Kemenpora,” kata Icuk.

 Icuk menambahkan, dalam setiap kesempatan bertemu Apri, Icuk selalu mengingatkan agar tidak lupa dengan orang-orang yang berperan dalam kariernya di bulutangkis. 

Tetap rendah hati, karena juara itu bukan milik sendiri. Terutama orang pertama yang membawanya ke Jakarta, Yuslan Kisra yang kini sudah menjadi ASN di Kemenpora.

“Bagi saya, Apri sama seperti Jauza. Dibina bersama-sama sejak usia muda meski jalan prestasinya berbeda. Apri sendiri juga sudah menganggap keluarga saya sebagai keluarga.” 

 Makanya kalau ada kesempatan ia selalu datang ke rumah,” cerita  Icuk apa adanya.***



Komentar

Postingan Populer